Produktivitas budidaya pembenihan ikan mas
Produktivitas budidaya pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) sering dinyatakan dalam jumlah benih (larva atau fry) per meter persegi kolam atau bak. Namun, angka produksi sangat bervariasi tergantung pada beberapa faktor: kepadatan pemeliharaan, manajemen kualitas air, kualitas induk (broodstock), teknik pemijahan (alamiah atau hormon), pakan dan nutrisi, sistem pemeliharaan (kolam tanah, beton, hapa, bak beton), serta keterampilan teknis pembudidaya. Berikut penjelasan rinci dan perkiraan produktivitas secara umum.
ikan
Perkiraan produksi benih per meter persegi
Pembenihan intensif (sistem padat dengan kontrol ketat, induk berkualitas, penggunaan hormon pemijahan, dan manajemen larva yang baik): produksi bisa mencapai 100–500 ekor benih ukuran awal per meter persegi dalam fase awal (larva/fry). Angka ini dapat bervariasi; beberapa sumber menunjukkan hingga 1.000 ekor/m2 pada sistem sangat intensif dengan perawatan tinggi, tetapi angka tersebut lebih jarang dan memerlukan fasilitas khusus.
Pembenihan semi-intensif (praktik umum skala usaha menengah menggunakan kolam tanah atau hapa, manajemen standar): produksi realistis berkisar 30–150 ekor benih per meter persegi. Angka yang lebih umum di lapangan untuk pembenihan skala kecil hingga menengah adalah 50–100 ekor/m2.
Pembenihan ekstensif (pemijahan alami di kolam besar tanpa intervensi tinggi, induk dilepas bebas): produksi relatif rendah, sering di bawah 30–50 ekor/m2, tergantung musim dan kualitas induk.
Fase dan konversi ukuran
Benih awal (fry) biasanya diambil saat larva berumur beberapa hari hingga beberapa minggu, panjang sekitar 1–3 cm. Angka "per meter persegi" biasanya merujuk pada fase ini.
Jika dikembangkan sampai ukuran bigger fingerling (mis. 5–10 cm) untuk penjualan, tingkat survival (keselamatan) menurun selama pembesaran, sehingga produksi akhir per meter persegi pada ukuran jual akan lebih kecil dibanding saat fry. Survival dari larva ke fingerling seringkali antara 10–60% tergantung manajemen.
Faktor yang paling memengaruhi produktivitas
Kualitas induk: Induk sehat, usia reproduktif tepat, dan bernutrisi baik menghasilkan lebih banyak telur berkualitas dan tingkat fertilisasi tinggi.
Teknik pemijahan: Pemijahan hormonasi dan stripping lebih dapat mengendalikan waktu dan hasil dibanding pemijahan alami. Kontrol waktu dan kepadatan induk memengaruhi jumlah telur yang dihasilkan.
Kepadatan larva: Kepadatan terlalu tinggi meningkatkan stres, penyakit, dan mortalitas; kepadatan optimal berbeda antar sistem. Dalam hapa atau bak, kepadatan bisa lebih tinggi daripada di kolam tanah.
Kualitas air: Parameter seperti oksigen terlarut, suhu, pH, dan amonia harus dipantau dan dikendalikan. Kualitas buruk mengurangi survival.
Pakan dan nutrisi: Pemberian pakan awal (infusoria, artemia, starter feed) penting untuk survival larva. Pakan hidup atau bergizi tinggi meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Manajemen penyakit dan kebersihan: Pencegahan penyakit dan sanitasi mengurangi kematian massal.
Contoh perhitungan sederhana Jika pembenihan semi-intensif menghasilkan 80 fry/m2 pada saat panen fry, dan survival sampai ukuran fingerling 30%, maka produksi fingerling akan menjadi: 80 fry/m2 × 30% = 24 fingerling/m2.
Rekomendasi praktis
Tetapkan target produksi sesuai fasilitas: untuk kolam tanah biasa, target konservatif 30–100 fry/m2 lebih realistis; untuk bak/hapa dengan manajemen baik, target 100–300 fry/m2 bisa dicapai.
Fokus pada kualitas induk, sanitasi, pakan awal, serta pengaturan kepadatan untuk meningkatkan survival.
Lakukan pencatatan dan evaluasi berkala: angka fertilisasi, hatchability (tingkat menetas), mortalitas larva, dan pertumbuhan akan membantu memperbaiki produktivitas.

